Sudah cukup lama saya tidak melewati jalanan Ibukota. Kali ini saya melewatinya mulai dari ujung Barat (Kota Tangerang) menuju ujung timur (Kota Bekasi) membelah kota Jakarta melalui Tol Dalam Kota.
Waktu tempuh kurang lebih 1 jam ini, saya habiskan dengan bercakap-cakap dengan pengemudi mobil online yang saya naiki. Para pengemudi onlne itu entah mengapa selalu mempunyai kisah yang menarik untuk saya bagi kepada teman-teman semua. Tak terkecuali Bapak ini. Simak kisahnya.
Bapak ini terbilang cukup baru menggeluti dunia mobil online ini. Dia baru saja menjalaninya selama 5 bulan. Namun sebelumnya selama lebih dari 25 tahun memang telah bekerja sebagai pengemudi mobil di salah satu perusahaan TV swasta nasional. Pernah juga menjadi sopir bis antar kota antar propinsi. Bisa dikatakan Bapak ini memang besar di jalan. Mulai dari Jakarta hanya mempunyai 2 gedung bertingkat yaitu gedung sarinah dan gedung Hotel Indonesia pada tahun 70an hingga saat ini Jakarta sudah penuh dengan gedung pencakar langit.
Usianya yang mulai senja yaitu sekitar 65 tahun, tak menyurutkannya untuk tetap berkarya di jalanan Ibukota. Anak-anaknya sudah menikah semua dan bahkan sudah mempunyai cucu-cucu. Bapak ini juga bukan tipikal pengemudi online yang ngoyo mengejar point, pulang larut malam untuk mengejar setoran. Walaupun mobil ini dibeli secara kredit selama 4 tahun, namun bapak ini cukup santai dalam mencari rejeki, berangkat pukul 10 atau setelah makan siang lalu jam 5 sudah oulang di rumah. Oh iya rumahnya di sekitar daerah Bumi Serpong Damai.
Oh ya, ada hal yang lucu. Sebenarnya bapak ini pada waktu membeli mobil barunya yang sedang saya naiki ini, inginnya membeli secara tunai (uang juga tersedia), namun anehnya oleh dealernya tidak boleh membeli secara tunai. Jika memaksa ingin membeli secara tunai dipersilahkan untuk membeli mobil bekas. Hahahaha aku spontan tertawa mendengarnya. Bapaknya pun menimpali, "Mereka untungnya sedikit ya kalau saya beli tunai, Mba?" Aku pun menimpali, "Bapak harusnya tetap ngotot saja, kalau mereka tetap gak mau, beli di dealer yang lain saja. Hak bapak kok mau beli tunai. Mau beli kok dipaksa kredit."
Iya nih mba saya kan sudah tua, maunya beli tunai saja biar gak kepikiran cicilannya. Ini saya lumayan cicilannya 5jutaan. Padahal kalau tunai hanya 140 jutaan saja. Totalnya hampir 2x harga tunai kalau saya bayar kredit.
Ketika warga sudah pintar seperti bapak ini untuk tidak mau berhutang, tetapi kondisi pasar (baca penjual) seperti lebih punya power dibanding pembeli, sehingga dapat memaksanya untuk berhutang padahal bisa beli tunai. Sungguh disayangkan. Sungguh sudah tidak sehat sistem penjualan yang seperti ini. Mungkin dilihat sepintas Bapaknya bukan orang berpendidikan tinggi, sudah tua dan dari aksennya juga berasal dari daerah makanya dimanfaatkan untuk di"wajib"kan membeli secara kredit.
Ini baru kisah awal dari Bapak ini menceritakan suka dukanya menjadi pengemudi online. Simak kisah selanjutnya mulai dari kena tilang hingga dihipnotis penumpangnya.
#ODOP #onedayonepost #38thpost
Menunggu kelanjutan kisahnya
BalasHapusDitunggu kelanjutannya
BalasHapus