Hmm... Masih lanjutan makan bubur ayam pagi tadi. Jika post sebelumnya fokus kepada pengemis yang duduk di samping gerobak tukang bubur. Kali ini, fokus berpindah kepada dua orang muda mudi yang duduk di depanku semeja bersama.
Sebenarnya masih ada beberapa meja kosong. Namun meja yang kosong memang menghadap tembok. Entah mengapa pemuda ini duduk di meja kami (hanya saya dan anak saya yang berusia 2 tahun). Seraya mengangguk mengisyaratkan meminta ijin untuk bergabung di meja kami. Ku balas saja dengan anggukan juga.
Kupikir awalnya pemuda ini hanya sendiri, tak lama menyusul seorang perempuan muda ikut duduk di meja kami. Tambah bingung aku, kayak tidak ada meja lain saja. Bukannya aku merasa terganggu, namun aneh saja. Masih banyak tempat kosong lain. Lalu yang makan bubur pun hanya si perempuan.
Sembari aku makan dan menyuapi adik, mau tak mau terdengar pembicaraan mereka berdua. Logat kental bukan asli daerah sini. Awalnya kupikir mereka berdua sepasang kekasih atau suami istri.
Namun setelah terdengar pembicaraan mereka berdua sepertinya kakak beradik atau teman seperantauan. Mereka berdua berpakaian rapi layaknya akan berangkat kerja kantoran.
Kita sebagai manusia terbiasa terlalu cepat untuk menilai orang lain. Seperti aku yang pada awalnya mengira mereka berdua suami istri. Namun kutengok tangan mereka tak ada yang mengenakan cincin. Lalu dari gerakan dan bahasa tubuh serta cara berbicara kok seperti pacaran. Eh salah lagi ternyata bukan pacaran.
Pesan yang ingin disampaikan bahwa kalau terlihat berduaan lawan jenis ini bukan berarti pacaran/pasutri walau terlihat sangat perhatian (pemudanya hanya menemani makan loh gak ikutan makan).
Akhirnya kami semua berbarengan selesai makannya. Aku pun keluar sembari membayar. Dan pemuda serta perempuan tersebut melanjutkan perjalanan mereka di atas motor berboncengan.
#14thpost
#odopbatch6 #TantanganODOP2 #onedayonepost #nonfiksi
Komentar
Posting Komentar