Mata Anak Sering Perih? Begini Cara Efektif Mengatasi Mata Kering Tanpa Harus ke Dokter Beberapa waktu lalu, anak bungsuku yang masih kelas dua SD tiba-tiba menghentikan aktivitas menggambarnya di tablet dan mengeluh, “Ma, mataku perih banget.” Kakaknya yang duduk di kelas lima pun ikut menimpali, “Iya Ma, aku juga. Sering banget kalau habis nonton atau main HP, mataku kayak panas dan kering.” sumber: AI Microsoft Copilot Sebagai seorang ibu sekaligus penulis yang juga banyak menghabiskan waktu di depan layar, keluhan anak-anak ini langsung bikin aku waspada. Apalagi saat menyadari, aku pun sering merasakan hal yang sama. Mata sepet, perih, lelah , meski hanya duduk di rumah saja. Setelah mencari tahu lebih dalam, ternyata kami mengalami gejala yang umum dikenal sebagai mata kering . Kenali Tanda-tanda Mata Kering yang Sering Diabaikan Mata kering bukan sekadar masalah kecil. Gejalanya bisa terasa ringan hingga mengganggu aktivitas harian, terutama jika dibiarkan tanpa penanganan. ...
Anakku ini paling doyan nyuruh-nyuruh. Padahal sebenarnya bisa dia lakukan sendiri, tapi sukanya menyuruh orang lain untuk melakukan yang dia inginkan.
Seperti tadi pagi, Kakak mau makan makanan ringan. Namun *tidak bisa* membuka bungkusnya (menurut dia).
Aku selalu menekankan kepada anakku itu, meminta tolong jika tidak dapat melakukannya sendiri. Kalau bisa mengerjakan sendiri tapi minta tolong itu namanya menyuruh, bukan minta tolong, walau dimulai dengan kata tolong di awal kalimat.
Seperti siang ini, "Mama, aku mau ini, tolong bukain.", kata kakak sambil bawa makananya disodorin ke aku. Lalu aku pun berkata, "Kakak sudah *bisa* buka sendiri kan?".
Tapi kakak berkata, "Aku tidak bisa buka bungkusnya, Mama. Minta tolong bukain ya."
Kakak pun berucap,"Oh, oke Mama." Sambil mengambil gunting. Aku pun menimpali, "Hati-hati ya mengguntingnya."
"Nih, aku udah bisa buka, Mama!", soraknya girang. Aku pun senang, kakak sudah percaya diri untuk bisa membuka makanan kecilnya sendiri memakai gunting.
The Power of "Ganti kata *tidak bisa* menjadi *bisa*" really powerfull yaa.
#hari4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institutibuprofesional
Seperti tadi pagi, Kakak mau makan makanan ringan. Namun *tidak bisa* membuka bungkusnya (menurut dia).
Aku selalu menekankan kepada anakku itu, meminta tolong jika tidak dapat melakukannya sendiri. Kalau bisa mengerjakan sendiri tapi minta tolong itu namanya menyuruh, bukan minta tolong, walau dimulai dengan kata tolong di awal kalimat.
Seperti siang ini, "Mama, aku mau ini, tolong bukain.", kata kakak sambil bawa makananya disodorin ke aku. Lalu aku pun berkata, "Kakak sudah *bisa* buka sendiri kan?".
Tapi kakak berkata, "Aku tidak bisa buka bungkusnya, Mama. Minta tolong bukain ya."
Aku pun menanggapi, "Kakak kemarin sudah *bisa/ buka sendiri loh. Tuh ambil guntingnya disana. Buka sendiri ya, pakai gunting. Kakak sudah *bisa* pakai gunting, sudah diajari di sekolah juga."
Kakak pun berucap,"Oh, oke Mama." Sambil mengambil gunting. Aku pun menimpali, "Hati-hati ya mengguntingnya."
"Nih, aku udah bisa buka, Mama!", soraknya girang. Aku pun senang, kakak sudah percaya diri untuk bisa membuka makanan kecilnya sendiri memakai gunting.
The Power of "Ganti kata *tidak bisa* menjadi *bisa*" really powerfull yaa.
#hari4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institutibuprofesional
Komentar
Posting Komentar