Aku sudah terlambat untuk hadir di acara wisuda. Mengingat mencari parkir akan memakan waktu cukup lama maka kuputuskan untuk memesan mobil online. Kebetulan banget ada mobil di dekat rumah ini kulihat di peta. Akhirnya kuorder.
Kumencari kok tidak ada tanda-tanda ada mobil online hingga ada anak muda keluar melihat jalan dari seberang rumahku. Ternyata dia driver mobil onlinenya. Tak pernah kulihat sebelumnya anak ini. Aku berpikir mungkin anak/cucu dari tetanggaku.
Ternyata dia adalah keponakan yang berasal dari Tegal. Sedang berkunjung ke rumah Omnya yang tinggal disini. Tetanggaku ini juga orang Jakarta sama-sama merantau disini. Bedanya Bapak ini tinggal sendiri, anak dan istrinya di Jakarta. Beberapakali istrinya datang menginap seminggu-2minggu. Anaknya juga sudah kuliah di Jakarta sana.
Kembali ke anak muda ini, dia ternyata kuliah di Semarang ini. Dia mengabil jurusan IT di salah satu kampus swasta dan sudah masuk semester 7. Sebentar lagi lulus. Mobilnya cukup bagus kulihat, jadi pastinya termasuk cukup berada di Tegal sana keluarganya. Ngekosnya saja 1,5 juta rupiah saja sebulan.
Iseng kubertanya, kenapa tidak sekalian kuliah di Jakarta saja? Jakarta-Tegal dan Tegal-Semarang jaraknya sama bukan? Apalagi sekarang ada tol. Dia pun menjawab, biaya hidupnya tinggi disana. Hmmm benar juga ya. Aku yang pernah merasakan tinggal di Jakarta sejak lahir hingga sekarang baru merasakan meninggalkan Jakarta ke Semarang, biaya dan gaya hidupnya sangat berbeda jauh.
Walau masih usia belia, namun sudah berpikir cukup matang dan jauh kedepan. Dia ternyata tadi ke rumah Omnya yang kebetulan bekerja di dunia perbankan ingin berdiskusi untuk berinvestasi mengambil rumah di daerah Maja-Serpong yang masih 147 juta rupiah saja. Wow, untuk seorang anak kuliahan yang tidak tinggal dan berkuliah di Jakarta sampai berpikir untuk berinvestasi rumah tapak di Jakarta (coret) sana, patut aku acungi jempol pemikirannya. Sebelumnya sempat aku tawari untuk membeli apartemen di Semarang (sambil membantu jualannya Pak Suami), namun dia lebih nyaman untuk dapat memeliki rumah tapak dahulu.
Akhirnya aku pun akhirnya menceritakan bahwa lokasi Maja-Serpong itu yang jauuuuuuh dari Jakarta walau ada KRL. Jika untuk investasi boleh-boleh saja. Namun jika untuk ditinggali ketika bekerja di Jakarta, maka sebaiknya berpikir dua kali. Kemacetan, belum lagi jika ada masalah dengan KRL maka waktu tempuh dari Jakarta-Maja bisa sangat lama belum lagi penuhnya. Kuceritakan teman-teman juniorku dulu fresh graduate ketika baru masuk kantor juga beramai-ramai membeli rumah didaerah tersebut. Namun pada akhirnya karena jauh tetap memilih untuk mengekos atau mengontrak rumah atau menyewa apartemen di dekat kantor. Dia pun manggut-manggut mendengar ceritaku. Aku pun maklum, apalagi untuk seusianya yang juga belum pernah merasakan tinggal di Jakarta, belum pernah merasakan ritme kehidupan yang amat cepat dan macet dimana-mana. Waktu tempuh, pilihan moda transportasi dan jarak tempat tinggal menjadi amat krusial.
Namun kerenlah anak zaman now ini. Nyambi sebagai driver online walau berasal dari keluarga berada. Pemikiran juga jauh ke depan bukan hanya konsumtif belaka namun produktif dengan memulai investasi.
Ternyata penghasilannya cukup lumayan ya sehingga dapat berpikir investasi. Bukan penghasilan dari driver online ya, namun penghasilannya membuat berbagai aplikasi IT walau masih kuliah. Simak kisah selanjutnya ya pada postingan berikutnya. Zaman memang sudah berubah. Anak zaman now, bukan anak kemaren sore lagi.
Keren ya mbak. Hemhhh bisa dijadikan contoh untuk anak muda segenerasinya
BalasHapusIya anak zaman now paham investasi
BalasHapusKeren ya mba Tya. Emang penghasilannya orang2 IT ini lumayan. Aku jg suka ngajak ngobrol driver kecuali kalo lg pengen baca buku atau BW 😬
BalasHapus