@angrumaoshi2000 Bingung cari yang paling hemat, cape kan kalau mesti buka satu-satu websitenya. Kenalin nih ada agregrator jasa pengiriman #KiriminAja buat kirim paket cod dan kirim barang. Daftar disini ya https://kiriminaja.com/?utm_source=google&utm_medium=other&utm_content=vsmengantar Paling banyak pilihan jasa pengirimannya, direkomendasikan pula mana yang paling murah. #KiriminAja #KiriminAjavsMengantar #KirimPaket #KirimPaketCOD #KirimBarang ♬ original sound - angrumaoshi2000 KiriminAja vs Mengantar: Jasa Kirim Paket Termurah yang Mana? Pernah nggak ngalamin pelanggan yang udah check out, udah sayang banget sama barangnya, tapi tiba-tiba kabur gara-gara ongkir mahal? Rasanya kayak ditinggal pas lagi sayang-sayangnya! Nah, biar kejadian pahit ini nggak terulang, penting banget buat cari jasa kirim paket termurah tapi tetap bisa diandalkan baik kirim paket COD maupun kirim barang biasa. Kali ini, kita bakal adu kuat dua layanan pengi...
Ketika anak mulai sekolah dan tak perlu ditunggu lagi (padahal baru TK dan PAUD). Mama mulai bisa berkelana mencari ilmu untuk meningkatkan kapasitas diri. Ada teman mengajak untuk datang pada acara "Strategi Pengurangan Dampak Buruk NAPZA Berbasis Keluarga", yang diadakan oleh Dinas Sosial Pemerintah Kota Semarang yang kebetulan diadakan pas jam sekolahnya anak-anaknya.
Meluncurlah menembus 10km via ojek online cukup 11rb saja berbekal banyak voucher yang belum dipakai, setelah mengantar anak-anak sekolah. Sesampainya disana pas sekali belum ketinggalan sesi sharing dari salah seorang ex-user yang saat ini, Alhamdulillah sudah lepas dari kecanduan NAPZA (Narkotika dan Zat Adiktif lainnya).
Sebut saja Mr. X, ia bercerita awal mula berkenalan dengan NAPZA masih berusia dini, ia mengambil puntung rokok sisa bapaknya dan mengisapnya. Sesimpel itu dia berkenalan dengan zat adiktif nikotin dari rokok. Lalu dari pertemanan akhirnya dia mencoba narkotika dan segala macam jenisnya mulai dari shabu, heroin, pil anti depresan dan lain-lain. Hingga akhirnya kecanduan berat. Orang tuanya mengetahuinya dan membantunya untuk rehabilitasi. Bahkan masuk penjara pun juga sudah pernah.
Selesai rehabilitasi selama berbulan-bulan, lalu keluar. Ketika bertemu temannya memakai lagi, relaps lagi. Lalu masuk rehabilitasi, keluar, relaps lagi. Hingga tidak hanya detoksifikasi, transfusi darah juga dilakukannya supaya darahnya benar-benar bersih dari zat adiktif tersebut. Zat-zat tersebut membuatnya menagih, jika tidak memakainya maka badan akan terasa sakit semua. Meriang, menggigil, tidak akan dapat beraktivitas.
Membutuhkan tekad kuat untuk dapat lepas dari jeratan NAPZA ini. Hingga akhirnya ia merasa jenuh dan berpikir bahwa saat ini dia kepala keluarga dan mempunyai 2 anak yang masih duduk di bangku 5 SD dan berusia 1,5 tahun yang masih membutuhkannya. Akhirnya dia pasang badan, memutus total dari zat tersebut. Diawali dengan mengurangi dosis hingga memutus total. Walau dengan segala rasa sakit yang akan dialaminya ketika putus obat. Selama 2 minggu di hanya di kamar saja dibalik selimut sambil menahan rasa sakit tiada tara saat putus total dengan obat, berteriak-teriak sambil sesekali istrinya masuk untuk memberikan makanan.
Sungguh ketika mendengarnya berbagi kisah, tak terasa air mata ini menetes. Bagaimana keluarganya, orang tuanya, istrinya senantiasa mendampingi dan mensupport. Kedua anak yang menjadi AHA moment, kekuatan untuk dapat melepaskan diri dari kecanduan heroin ini. Kejenuhan yang teramat sangat setiap pagi ketika membuka mata yang dipikirkan pertama kali adalah bagaimana dapat memakai heroin hari ini. Bukan anak bukan istri namun heroin diatas segalanya. Merupakan kebutuhan utama yang bahkan mengalahkan kebutuhan susu anaknya.
Ketika kini ia seorang ayah dari anak yang duduk di kelas 5 SD, ia memberikan edukasi yang cukup kepada anaknya tentang NAPZA ini. Ia perlihatkan bentuk dari NAPZA via gambar yang di dapat dari internet, lal
u diceritakan apa yang akan dirasakan dan efek/dampak yang akan ditimbulkan dari menggunakan NAPZA tersebut.
Ia pun memberikan tips, jangan menakuti-nakuti anak dan melarang-larang tanpa menyampaikan keseluruhan informasi dengan jelas, lengkap dan akurat. Biarkan anak berpikir, mempertimbangkan sebab-akibatnya dan dia akan dapat memilih yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Pada akhirnya semua kembali ke anak. Kita sebagai orang tua hanya dapat mensupport dan mengedukasi. Seperti orang tua saya dahulu yang senantiasa mensupport saya ketika saya dalam keadaan apa pun. Pilihan selalu teletak pada individu yang bersangkutan walau dia seorang anak.
Jika anak menganggap kita teman, maka dia akan bercerita dan bertanya segala sesuatunya kepada kita dengan rasa nyaman. Saat itulah kita sebagai orang tua dapat berbagi informasi dan menjelaskan berbagai pilihan, sebab-akibat atas suatu pilihan yang sudah dipilih.
Khusus anak yang masih kecil, usahakan membawa bekal dari rumah untuk setiap kegiatannya walau itu air minum. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan anak tersebut membeli jajan atau diberikan minuman/makanan oleh teman/orang lain yang bisa jadi mengandung zat-zat tertentu.
Itulah sekelumit kisah dan tips dari Mr. X yang menempel di kepala saya hingga saya menuliskannya disini. Oh iya, terdapat beberapa pertanyaan apakah ada buku bacaan untuk keluarga/anak tentang pencegahan NAPZA ini. Bahan bacaan dapat diakses di website BNN (Badan Narkotika Nasional) atau komunitas para ex-user.
Semoga tips dan kisahnya dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya para orang tua yang menjadi garda utama dan pertama dalam pencegahan NAPZA ini kepada para generasi muda kita.
![]() |
Sumber : dokumen pribadi |
Sebut saja Mr. X, ia bercerita awal mula berkenalan dengan NAPZA masih berusia dini, ia mengambil puntung rokok sisa bapaknya dan mengisapnya. Sesimpel itu dia berkenalan dengan zat adiktif nikotin dari rokok. Lalu dari pertemanan akhirnya dia mencoba narkotika dan segala macam jenisnya mulai dari shabu, heroin, pil anti depresan dan lain-lain. Hingga akhirnya kecanduan berat. Orang tuanya mengetahuinya dan membantunya untuk rehabilitasi. Bahkan masuk penjara pun juga sudah pernah.
Selesai rehabilitasi selama berbulan-bulan, lalu keluar. Ketika bertemu temannya memakai lagi, relaps lagi. Lalu masuk rehabilitasi, keluar, relaps lagi. Hingga tidak hanya detoksifikasi, transfusi darah juga dilakukannya supaya darahnya benar-benar bersih dari zat adiktif tersebut. Zat-zat tersebut membuatnya menagih, jika tidak memakainya maka badan akan terasa sakit semua. Meriang, menggigil, tidak akan dapat beraktivitas.
Membutuhkan tekad kuat untuk dapat lepas dari jeratan NAPZA ini. Hingga akhirnya ia merasa jenuh dan berpikir bahwa saat ini dia kepala keluarga dan mempunyai 2 anak yang masih duduk di bangku 5 SD dan berusia 1,5 tahun yang masih membutuhkannya. Akhirnya dia pasang badan, memutus total dari zat tersebut. Diawali dengan mengurangi dosis hingga memutus total. Walau dengan segala rasa sakit yang akan dialaminya ketika putus obat. Selama 2 minggu di hanya di kamar saja dibalik selimut sambil menahan rasa sakit tiada tara saat putus total dengan obat, berteriak-teriak sambil sesekali istrinya masuk untuk memberikan makanan.
Sungguh ketika mendengarnya berbagi kisah, tak terasa air mata ini menetes. Bagaimana keluarganya, orang tuanya, istrinya senantiasa mendampingi dan mensupport. Kedua anak yang menjadi AHA moment, kekuatan untuk dapat melepaskan diri dari kecanduan heroin ini. Kejenuhan yang teramat sangat setiap pagi ketika membuka mata yang dipikirkan pertama kali adalah bagaimana dapat memakai heroin hari ini. Bukan anak bukan istri namun heroin diatas segalanya. Merupakan kebutuhan utama yang bahkan mengalahkan kebutuhan susu anaknya.
Ketika kini ia seorang ayah dari anak yang duduk di kelas 5 SD, ia memberikan edukasi yang cukup kepada anaknya tentang NAPZA ini. Ia perlihatkan bentuk dari NAPZA via gambar yang di dapat dari internet, lal
u diceritakan apa yang akan dirasakan dan efek/dampak yang akan ditimbulkan dari menggunakan NAPZA tersebut.
Ia pun memberikan tips, jangan menakuti-nakuti anak dan melarang-larang tanpa menyampaikan keseluruhan informasi dengan jelas, lengkap dan akurat. Biarkan anak berpikir, mempertimbangkan sebab-akibatnya dan dia akan dapat memilih yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Pada akhirnya semua kembali ke anak. Kita sebagai orang tua hanya dapat mensupport dan mengedukasi. Seperti orang tua saya dahulu yang senantiasa mensupport saya ketika saya dalam keadaan apa pun. Pilihan selalu teletak pada individu yang bersangkutan walau dia seorang anak.
Jika anak menganggap kita teman, maka dia akan bercerita dan bertanya segala sesuatunya kepada kita dengan rasa nyaman. Saat itulah kita sebagai orang tua dapat berbagi informasi dan menjelaskan berbagai pilihan, sebab-akibat atas suatu pilihan yang sudah dipilih.
Khusus anak yang masih kecil, usahakan membawa bekal dari rumah untuk setiap kegiatannya walau itu air minum. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan anak tersebut membeli jajan atau diberikan minuman/makanan oleh teman/orang lain yang bisa jadi mengandung zat-zat tertentu.
Itulah sekelumit kisah dan tips dari Mr. X yang menempel di kepala saya hingga saya menuliskannya disini. Oh iya, terdapat beberapa pertanyaan apakah ada buku bacaan untuk keluarga/anak tentang pencegahan NAPZA ini. Bahan bacaan dapat diakses di website BNN (Badan Narkotika Nasional) atau komunitas para ex-user.
Semoga tips dan kisahnya dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya para orang tua yang menjadi garda utama dan pertama dalam pencegahan NAPZA ini kepada para generasi muda kita.
Komentar
Posting Komentar