Aku mempunyai anak balita dan orang tua yang sudah masuk lansia. Jika aku bandingkan, lebih mudah anak balita untuk mengoperasikan smartphone daripada lansia. Aku butuh beberapa kali dengan sabar untuk mengajari kedua orang tuaku menggunakan handphone.
Ketika ayahku masih ada, mengajari beliau menggunakan handphone merupakan suatu tantangan yang luar biasa. Padahal ayahku adalah seorang pembelajar sejati. Beliau banyak membeli buku bagaimana cara belajar internet. Beliau pun mulai belajar word dan mengetik. Namun belajar internet tidak semudah belajar word dan mengetik ternyata baginya. Terlalu banyak icon yang dapat diklik membuat bingung dan takut salah. Sehingga hingga akhirn hayatnya beliau pun tidak bisa menggunakan smartphone hanya dapat telepon saja menggunakan handphone biasa, itu pun yang tombol angkanya harus besar-besar. Sms pun sangat terbatas.
Berbeda dengan ibuku. Ibuku yang usianya terpaut cukup jauh dari ayahku. Walau bukan tipe pembelajar namun agak lebih mudah diajari, walau harus berkali-kali. Ibuku takut mencoba-coba sendiri karena pernah tiba-tiba terhapus semua kontak temannya dan foto-foto. Sejak saat itu tidak berani klik-klik sendiri. Namun sekarang ibuku suda pandai menggunakan smartphone setidaknya untuk whatsapp, youtube, membaca berita dan mobile banking beliau bisa. Bisa karena biasa.
Sedangkan anakku yang berusia balita, sudah pandai mengakses youtube, iflix, foto dan video, tanpa perlu diajari. Apa yang membedakan kedua generasi ini? Sama-sama baru mengenal teknologi ini, namun yang kecil dapat dengan mudah menguasainya namun para lansia membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat mengoperasikannya. Bedanya adalah anak-anak tidak takut salah, rasa ingin taunya tinggi jadi semua dicoba saja diklik-klik akhirnya bisa sendiri. Sedangkan lansia rasa ingin tau juga tinggi namun rasa takut salah lebih besar oleh karena itu tidak berani mencoba klik-klik sendiri atau belajar tanpa didampingi.
Fitrah manusia pada dasarnya adalah learning by doing dengan rasa ingin tahunya yang tinggi. Salah itu tidak apa-apa. Bagi anak kecil salah itu dimaklumi namun seiring bertambahnya usia semakin sedikit tempat kesalahan dapat diterima baik oleh diri sendiri atau pun masyarakat. Padahal fitrahnya manusia ya berbuat kesalahan namun tidak mengulanginya lagi. Karena manusia bukanlah makhluk sempurna.
Yang masih mempunyai orang tua atau nenek kakek yang gaptek jangan mengeluh ya jika mereka minta diajari. Aku yang kini tinggak jauh dari mamaku menjadi tidak bisa menjadi tempat bertanya bagi mamaku jika mengalami kesulitan dengan hpnya. Cucunya yang hanya tinggal beberapa runah disebelahnya jika dimintai pertolongan suka menjawab, "Eyang gini aja gak bisa?" lalu enggan mengajari, hanya dibantu klik-klik saja sehingga mamaku pun tetap tidak bisa. Anak zaman now memang wow unggah ungguhnya.
Untungnya sepeninggalku, beberapa kamar dikoskan kepada para mahasiswi. Jika kesulitan mamaku akhirnya meminta tolong para mahasiswi tersebut, seperti memesan kendaraan online atau pesan makanan melalui aplikasi online serta kalau butih update aplikasi dan lainnya.
Alhamdulillah mamaku tidak sendiri ada beberapa mahasiswi yang siap membantu jika mengalami kesulitan temtang literasi media digital ini. Jadi, para lansia itu di usia senjanya juga butuh kesibukan, sibuk dengan gadget salah satunya dapat juga menjadi solusi, misalnya dengan bergabung banyak grup reuninya sehingga tidak merasa tua sendiri dan dapat menjalin silahturahmi.
Ayo bantu para lansia menjadi melek media digital guna meningkatkan taraf bahagia kehidupannya. Literasi digital itu merupakan hak segala generasi.
#ODOP #onedayonepost #63thpost
Inget banget dulu sama almarhum ibu kos yang selalu minta tolong buat nelpon via whatsapp. Telfon android menurut saya ngga friendly untuk lansai. Dijepun sana, masih pakai hp flip biasa, karena pengoperasiannya emang mudah. Tapi mengingat nelpon lewat whatsapp lebih murah dari pada pakai pulsa, ya mau gimana lagi ya mba -,-
BalasHapusIya mba, seneng pastinya alm ibu kosnya, punya anak kos yang bisa dimintain tolong gini.
HapusBetul mbak. Generasi tua memang begitu. Yang muda muda harus sabar. Jangan main klik klik aja. La wong ditinggal kedep dah berubah tampilannya
BalasHapusIya mba, bener banget.
HapusIya.. anak jaman sekarang mah native digital.. nggak usah diajari udah pinter
BalasHapusBetul banget, coba-coba sendiri udah langsung bisa.
HapusKarena anak sekarang lahir ketika teknologi sudah mapan, sehingga sering kali lebih suka yg instan semudah klik-klik di layar gawai. Efeknya jadi gak sabaran ya..
BalasHapusHmm, mungkin perlu penelitian lebih lanjut mba.
Hapus