Aku cukup sering mendengar cerita tentang orang-orang berderma. Namun baru kali ini aku melihat langsung dengan mataku sendiri di suatu pagi pada awal bulan November.
Aku baru saja keluar dari pelataran lobby sebuah bank besar di kota ini. Ku melihat ada seorang ibu yang berjualan dengan sepedanya di tempat parkir. Ibu ini mengajak serta anaknya yang masih kecil yang terlihat berusia sekitar 4 tahun. Ibu ini berjualan gorengan, minuman sachet lengkap dengan termosnya serta bungkusan daun pisang atau kertas coklat yang berisi nasi untuk sarapan.
Tak lama kemudian aku melihat seorang wanita muda berbaju hijau yang mirip dengan salah satu seragam pegawai bank syariah. Tak jauh dari bank besar ini memang ada cabang bank syariah tersebut. Wanita muda ini terlihat memilih dan mengambil beberapa bungkusan sarapan tersebut. Lalu membayarnya dengan selembar uang berwarna merah.
Ibu penjual pun menyiapkan kembalian. Namun ditolak oleh wanita tersebut seraya berlalu menuju motornya. Sang Ibu penjual terlihat sangat sumringah. Begitu pula wajah wanita baik hati tersebut. Yang memberi dan yang diberi sama-sama merasakan suka cita yang mendalam. Aku pun yang dari jauh tak sengaja mengamati juga merasakan suka cita.
Wanita tersebut dalam pikiranku, mungkin baru terima gaji bulan ini. Lalu ingin bersedekah kepada ibu tersebut, turut membagikan rejeki yang didapatnya sebelum habis untuk keperluan lain-lain selama sebulan ke depan. Aku juga pernah mendengar tips dari salah satu perencana keuangan terkenal tentang bagaimana cara mengelola uang.
Salah satu yang sangat teringat dalam kepalaku adalah sedekahkan langsung di awal ketika kita baru menerima pemasukan bulanan lalu diikuti investasi/menabung baru sisanya masukkan ke pos-pos pengeluaran. Mengapa di awal? Karena jika di akhir biasanya sudah tidak bersisa atau bisa lebih besar pengeluaran daripada pemasukan kita.
Ada hak orang lain dalam pemasukan yang kita dapatkan. Ada juga bagian untuk masa depan kita. Oleh karena itu sedekah dulu lalu investasi/menabung untuk masa depan baru lanjut ke pos pengeluaran. Bagaimana jika tidak cukup? Maka pengeluaran yang dikecilkan atau pemasukan yang diperbesar.
Jika berbagi bukan berasal dari uang sisa maka suka cita yang dirasakan baik si pemberi ataupun yang diberi akan jauh lebih besar. Berbagilah maka rasa suka cita dan bahagia akan menghampiri.
Walau begitu, tak sengaja kusempat melihat tukang parkir yang menatap nanar pada kejadian tersebut. Mungkin belum rejekinya tukang parkir tersebut, hehehe. Rejeki akan selalu menemukan jalannya untuk menemui si empunya rejeki.
#ODOP #nonfiksi #58post
Masya Allah, luar biasa ya mba. Semenjak tidak memiliki income sendiri saya agak kesulitan menyisihkan uang untuk bersedekah. Terima kasih sudah mengingatkan 😊
BalasHapusPengingat diri... terima kasih mbak.. untuk bahan renungan juga
BalasHapusTerima kasih banyak mba, sudah mengingatkan untuk berbagi
BalasHapusBerbagi itu emang saling membahagiakan
BalasHapusTerima kasih sudah diingatkan 🤩
BalasHapusMasya Allah, terima kasih atas pengingatnya untuk saling berbagi, khususnya di saat awal bulan hihii
BalasHapusYess baru di atas ataupun dibawah, sedekah Insya Allah jadi prioritas. Secara teori gampang, tapi prakteknya butuh kelapangan luarrr biasahhh
BalasHapusinspiratif sekali.. terima kasih sudah mengingatkan
BalasHapusDeep ♡
BalasHapusAssalamu'alaikum mba :D lama tak berkunjung
BalasHapusIya mba setuju sekali. Jika setiap orang yang berlebih mau berbagi, mungkin gada kekurangan kali ya mba