@angrumaoshi2000 Bingung cari yang paling hemat, cape kan kalau mesti buka satu-satu websitenya. Kenalin nih ada agregrator jasa pengiriman #KiriminAja buat kirim paket cod dan kirim barang. Daftar disini ya https://kiriminaja.com/?utm_source=google&utm_medium=other&utm_content=vsmengantar Paling banyak pilihan jasa pengirimannya, direkomendasikan pula mana yang paling murah. #KiriminAja #KiriminAjavsMengantar #KirimPaket #KirimPaketCOD #KirimBarang ♬ original sound - angrumaoshi2000 KiriminAja vs Mengantar: Jasa Kirim Paket Termurah yang Mana? Pernah nggak ngalamin pelanggan yang udah check out, udah sayang banget sama barangnya, tapi tiba-tiba kabur gara-gara ongkir mahal? Rasanya kayak ditinggal pas lagi sayang-sayangnya! Nah, biar kejadian pahit ini nggak terulang, penting banget buat cari jasa kirim paket termurah tapi tetap bisa diandalkan baik kirim paket COD maupun kirim barang biasa. Kali ini, kita bakal adu kuat dua layanan pengi...
Demi meningkatkan dan menumbuhkan semangat serta kebiasaan baik membacaku yang sudah lama menghilang. Yang kini telah tergantikan oleh kesibukanku di ranah domestik yang seakan tidak pernah berakhir. Aku pun bergabung untuk yang kedua kalinya dengan komunitas Reading Challenge Group yang dipersembahkan oleh ODOP (One Day One Post).
Awalnya aku bingung, mau membaca apa ya,saking sudah lamanya tidak membaca buku-buku tebal nan serius baik fiksi maupun non fiksi. Lalu aku tertarik pada suatu jurnal yang katanya memenangkan Nobel di bidang ekonomi tahun 2019 yang membahas tentang Indonesia (SD Inpres pada periode tahun 70an) oleh para peneliti dari luar negeri tentunya.
Jurnal berbahasa inggris ini cukup tebal, 60an halaman ditambah tabel, grafik, catatan kaki dan lain-lainnya. Aku benar-benar dibuat penasaran, karya ilmiah seperti apa sih yang dapat memenangkan Nobel. Lalu aku putuskan untuk membaca selembar demi selembar, pelan-pelan, berusaha memahami dengan kemampuan otak yang awam tentang penelitian.
Jurnal ini berjudul "Schooling and Labor Market Consequences of School Construction in Indonesia: Evidence from an Unusual Policy Experiment" yang ditulis oleh Esther Duflo. Ada pun abstraksi jurnal ini adalah sebagai berikut:
"Diantara tahun 1973 dan 1976, Pemerintah Indonesia membangunlebih dari 61.000 sekolah dasar di seluruh penjuru negeri. Program ini merupakan salah satu program pembangunan sekolah terbesar yang pernah tercatat. Penulis mengevaluasi dampak dari program ini terhadap tingkat pendidikan dan tingkat gaji/upah dengan mengkombinasikan perbedaan jumlah sekolah yang dibangun di tiap-tiap wilayah dengan perbedaan dalam kelompok-kelompok yang disebabkan oleh perbedaan waktu dari penyelenggaraan program ini. Anak-anak usia 2-6 tahun pada tahun 1974 menerima 0,12 - 0,19 tahun lebih lama dalam mendapatkan pendidikan pada setiap sekolah yang didirikan per 1000 anak di wilayah tempat anak tersebut dilahirkan. Dengan menggunakan berbagai instrumen variasi dari kebijakan pembangunan sekolah (SD Inpres) ini terhadap dampaknya kepada tingkat pendidikan yang menghasilkan gaji/upah maka diestimasi bahwa tingkat pengembalian ekonomis (economic returns of education) terhadap pendidikan berda pada kisaran 6,8-10,6%.
Setelah membaca dan berusaha memahami jurnal ini, memang jurnal ini memperhitungkan banyak variabel di dalamnya. Yang dituangkan dalam 20 hipotesa (rumus persaman) yang masing-masingnya diuji dengan sejumlah sample yang cukup sesuai dengan kaidah-kaidah statistika. Penulis pun menggunakan dan melanjutkan serta menyempurnakan beberapa metode yang digunakan pada penelitian sebelumnya oleh peneliti lain dalam membentuk 20 hipotesa (rumus persamaan) diatas mengambil kesimpulan dari penelitian ini.
Masih sangat kurang sekali ilmu saya untuk dapat memahami dengan mendalam dari 20 hipotesa (rumus persamaan) di atas sehingga dapat ditarik kesimpulan seperti pada abstraksi diatas. Namun membaca jurnal ini secara garis besar saya dapat mengerti mengapa Esther Duflo melalui metode yang digunakan pada jurnal ini dapat memenangkan Nobel Ekonomi 2019. Metode serta 20 hipotesa (rumus persamaan) yang digunakan memang benar-benar detail dan diuji korelasinya serta konektivitasnya walau masih banyak menyertakan asumsi.
Jurnal ini sangat layak dibaca, khususnya bagi calon-calon peneliti atau pun mahasiswa magister/doktoral yang akan membuat thesis/disertasi di bidang ekonomi. Siapa tahu penerima Nobel Ekonomi di tahun-tahun berikutnya adalah peneliti dari Indonesia yang juga meneliti Indonesia. Tidak hanya seperti yang tahun 2019 ini, Indonesia hanya kebagian sebagai data sampelnya saja.
Bagus sekali kakakku, senang membacanya
BalasHapus#semangat
bagus sekali tulisannya, terima kasih sharingnya kak :)
BalasHapusThanks for sharing kak
BalasHapusMakasih infonya...
BalasHapus