Mata Anak Sering Perih? Begini Cara Efektif Mengatasi Mata Kering Tanpa Harus ke Dokter Beberapa waktu lalu, anak bungsuku yang masih kelas dua SD tiba-tiba menghentikan aktivitas menggambarnya di tablet dan mengeluh, “Ma, mataku perih banget.” Kakaknya yang duduk di kelas lima pun ikut menimpali, “Iya Ma, aku juga. Sering banget kalau habis nonton atau main HP, mataku kayak panas dan kering.” sumber: AI Microsoft Copilot Sebagai seorang ibu sekaligus penulis yang juga banyak menghabiskan waktu di depan layar, keluhan anak-anak ini langsung bikin aku waspada. Apalagi saat menyadari, aku pun sering merasakan hal yang sama. Mata sepet, perih, lelah , meski hanya duduk di rumah saja. Setelah mencari tahu lebih dalam, ternyata kami mengalami gejala yang umum dikenal sebagai mata kering . Kenali Tanda-tanda Mata Kering yang Sering Diabaikan Mata kering bukan sekadar masalah kecil. Gejalanya bisa terasa ringan hingga mengganggu aktivitas harian, terutama jika dibiarkan tanpa penanganan. ...
Kali ini aku mengikuti kelas lanjutan yang fokus belajar tentang fiksi pada One Day One Post Batch 7. Seperti pada kelas sebelumnya, kita diminta untuk melakukan tugas atau tantangan serta BlogWalking pada link yang telah ditentukan oleh Penanggung Jawab dan pemateri kelas tersebut.
Untuk tugas pertama, kami diminta untuk membaca salah satu cerpen yang ada pada wwww.ngodop.com. Pilihanku jatuh kepada salah satu cerpen dari pemateri. Cerpem tersebut dapat dibaca pada link berikut http://www.ngodop.com/art/4/Cerita-Seorang-Lelaki-yang-Sedang-Bermimpi-tentang-Dirinya-yang-Sedang-Bermimpi.
Pada cerpen ini dikisahkan tentang seorang lelaki yang sedang bermimpi tentang diriny yang sedang bermimpi mendapatkan uang banyak dan serta merta menjadi orang kaya yang kemudian dapat mewujudkan impian yang diinginkan olehnya serta impian kedua ibu bapaknya. Mudahnya, pesan yang saya tangkapa pada awal-awal membaca cerpen ini adalah uang dapat mewujudkan segala impian dan mendatangkan kebahagiaan dengan tercapainya impian tersebut.
Namun memasuki pertengahan cerpen tersebut barulah terungkap pesan apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh penulis. Bahwa ternyata uang tidak dapat mewujudkan mimpi yang berakhir pada kebahagiaan. Karena dengan mudahnya mimpi yang terwujud dapat tercerabut dalam hitungan hari atau bahkan detik. Kebahagiaan bukan sekedar mimpi yang terwujud. Impian yang tercapai tidak serta merta memberikan kebahagiaan yang abadi. Namun iya, impian yang tercapai memberikan rasa kebahagiaan sesaat. Tapi apakah kebahagiaan itu abadi dan absolut? Belum tentu.
Sampai pertengahan cerpen menjelang akhirnya, saya masih dengan mudah dapat membaca pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Namun memasuki ending dari cerita tersebut. Saya kebingungan. Mengapa tokoh dalam cerpen tersebut tiba-tiba menjadi bayi kembali alias terlahir kembali. Jadi saat tokoh tersebut bermimpi dalam mimpinya yang pada mimpi tersebut, tokohnya dapat mewujudkan segala impiannya itu, kapan? Berada dimana sang tokoh ketika bermimpi tersebut? Apakah di alam sebelum memasuki dunia? Atau pada kehidupan sebelumnya? Jika pada kehidupan sebelumnya berarti terlahir kembali. Namun kenapa dapat terlahir kembali pada orang tua yang sama? Begitu banyak pertanyaan berkecamuk dalam kepala ini ketika disajikan ending tersebut. Dan sama sekali tidak tertebak atau terpikir bahwa endingnya akan seperti itu.
Namun ending suatu cerpen merupakan hak prerogatif penulis. Apakah menjadi ending yang menggantung, atau ending yang sulit dimengerti maksud dan tujuannya seperti cerpen ini. Atau memang ternyata bisa saja hanya aku yang kesulitan untuk memaknai ending dari cerpen tersebut. Tapi cerpen ini sarat makna dan banyak pesan filosofisnya khususnya tentang manusia. Bukan tipikal cerita pendek yang akan anda temui pada majalah-majalah remaja pastinya.
Komentar
Posting Komentar