Akhirnya perjuangan mengejar gelar master tercapai. Senangnya rasa hati ini. 2 tahun terakhir alias 4 semester di usia matang ini belajar kembali, dimana telah 15 tahun lalu telah meninggalkan bangku S1. Banyak sekali tantangan dan halangan kuhadapi saat belajar kembali. Berusaha untuk kembali tune-in, mengeset kembali otak ini untuk siap belajar, bergumul dengan buku-buku tebal, jurnal-jurnal terbaru, berbahasa inggris pula. Tak cukup hanya membaca namun menuliskan laporan tugas-tugas kuliah yang tentunya bahasa yang digunakan harus berbahasa yang baik dan benar secara akademik. Padahal selama ini aku menulis dengan bahasa santai dan non formal di blog ini.
Namun kebiasaanku menulis blog ini sedikit banyak membantuku dalam menulis dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Hanya tinggal menggubah setting di otakku tulislah dengan bahasa formal dan akademik. Tapi pada kenyataannya tidak sekedar "hanya" loh. Berulang kali laporan tugas kuliahku, draft publikasi artikelku di jurnal-jurnal ketika kubaca ulang, duh kok seperti ini sih bahasanya. Amat sangat tidak akademik dan tidak formal.
Sudah cukup lama sekali aku meninggalkan dunia tulis menulis yang formal. Ah, harus banyak belajar kembali ini bagaiman cara menulis laporan academic writing yang baik dan benar. Bahasa Inggrisku pun terasa sekali penurunannya. Bahasa Inggris akademik sangat berbeda dengan bahasa inggris sehari-hari. Banyak sekali vocabulary baru yang asing di telingaku ketika mendengar dosen-dosen luar negeri tersebut memberikan kuliah. Banyak juga vocabulary baru yang baru kutemui saat membaca artikel-artikel di jurnal internasional. Asing sekali, google translate seketika menjadi sahabatku. Tak cukup google translate, Quilt Bolt pun juga sering kugunakan, Hingga mencoba-coba Chat GPT yang sedang naik daun ini.
Namun ternyata aku masih kurang bersahabat dengan AI. Aku masih merasa belum dapat memanfaatkan AI yang bertebaran dimana-mana ini dengan segala keunggulannya yang dapat membantu. Sepertinya aku harus banyak mengulik dan mencoba-coba AI selain Chat GPT tentunya. Karena Chat GPT setelah aku coba, tidak cukup membantuku dalam penulisan penelitian tesisku.
Kalo bercerita tentang S2 atau master degree tentunya tak lepas dari menceritakan momok terbesar yang pasti dialami oleh seluruh mahasiswa S2 atau master degree yaitu penulisan tesis dan kewajiban publikasi artikel di jurnal-jurnal berkualitas. Penulisan tesis ini benar-benar menyita waktu dan fokus serta perhatianku dimana aku juga mempunyai kewajiban lain yang harus kuselesaikan. Diantaranya kewajiban menjadi seorang ibu dengan 2 anak yang masih bersekolah di tingkat sekolah dasar dan seorang istri yang bertanggung jawab terhadap rumah tangga.
Belajar di usia matang seperti ini sudah merupakan tantangan besar terlebih ditambah dengan adanya peran ibu dan istri yang melekat kepadaku di tanah perantauan tanpa support sistem kecuali suamiku. Jauh dari teman dan keluarga besar, membuatku harus bisa menjadi mandiri di segala hal. Berusaha menemukan teman baru dan menjadikannya sahabat di tanah perantauanku ini.
2 tahun ternyata waktu yang singkat, benar-benar tidak terasa. Apalagi jika dibandingkan dengan waktu aku mengambil S1 yang berdurasi selama 4 tahun. Semua terasa serba cepat, harus selesai, terburu-buru walau ada masa-masa dimana aku benar-benar kehilangan semangat untuk menyelesaikan tesisku di tengah-tengah kesibukanku akan berpindah domisili lagi. Ya aku akan pindah lagi dari kota ini. Hanya 2 tahun saja aku di kota yang indah ini.
Now or never, aku harus segera menyelesaikan S2 ini atau ya aku kehilangan gelarku ini alias drop out karena aku harus meninggalkan kota ini. Terbayang biaya yang sudah dikeluarkan sejak semester 1 hingga semester 4 yang besar, terlebih aku seorang ibu rumah tangga saat ini. Suamiku sudah membiayaiku, tentunya aku tak mau mengecewakannya.
Komentar
Posting Komentar