LIVE THE ADVENTURE
Menginjak usia dewasa
muda mungkin bahkan remaja akan muncul keinginan merantau ini. Sekolah
merantau ke kota sebelah atau ke negeri
tetangga.
Entah dilandasi alasan
ingin mandiri atau ingin bebas saja tinggal terpisah dari orang tua, rasa ingin
berkelana mencoba merasakan dunia baru biasanya menggebu.
Bagi yang sudah bekerja
juga dapat dihadapkan pada pilihan untuk merantau mengikuti tempatnya bekerja.
Bagi pasangan suami
istri, merantau juga akan menjadi pengalaman tak terlupakan karena mereka akan
sangat mengandalkan satu sama lain di tempat baru dimana tiada sanak saudara
ataupun teman.
Apapun alasan kamu untuk
merantau itu, dapat aku katakan hidup di perantauan itu akan penuh dengan
tantangan. Segala sesuatunya baru di matamu. Live The Adventure 🙂.
5 Tips Cara Bertahan Hidup di Perantauan Ala Angrumaoshi.
- Make a friend (Perbanyak kenalan)
- Prepare your savings (Siapkan
dana darurat)
- Know your new place (Kenali
daerahmu)
- Less Goods is Good (Perhatikan efisiensi dan efektifitas barang yang
dimiliki)
- Learn the language (Belajar bahasa daerahnya).
Mari kita bahas satu per satu:
Saat ini tentunya mudah untuk mencari teman di tempat baru bahkan sebelum kamu datang menginjakkan kakimu di sana.
Manfaatkanlah berbagai komunitas yang berada di kota perantauan. Bergabunglah dengan komunitas yang sesuai dengan minat dan hobby kamu atau bahkan profesi kamu. Informasi seperti ini sangat mudah didapatkan, kamu tinggal googling saja.
Biasanya komunitas-komunitas tersebut mempunyai banyak cabang, jadi ketika kamu akan merantau pindah ke kota lain lagi maka kamu pun tinggal menghubungi Person in Charge (PIC) komunitas di kota tujuan dan otomatis kamu punya banyak kenalan di kota tujuan rantaumu sejak kamu belum berangkat ke perantauan.
Contoh komunitas antara lain :
- Komunitas bagi pelajar di luar negeri (Perhimpunan Pelajar Indonesia sepeda (sesuai dengan merk/jenis kendaraan),
- Komunitas suku/ras (Mahasiswa Padang Perantauan, Medan, Jawa, dan lainnya),
- Komunitas profesi (Asosiasi Profesi Tingkat Provinsi/Kota/Kabupaten),
- Komunitas agama (LDII/Gereja Kristen Jawa/Gereja Bethel dan lainnya).
- Komunitas berdasarkan hobi seperti komunitas travellers, komunitas blogger, komunitas street art, komunitas gambar dll.
- Banyak komunitas-komunitas lainnya.
Ketika merantau tentunya dana darurat yang kita persiapkan atau yang kita punyai harus lebih dari biasanya.
Jika dana darurat biasanya berkisar diantara 6-12 bulan biaya hidup kita sehari-hari, maka ketika merantau sebaiknya kita mempunyai tabungan dana darurat sesuai jangka waktu rencana kita akan merantau di kota/negara tersebut setidaknya minimal 12 bulan hingga 24 bulan.
Dengan memiliki dana darurat di tangan maka kamu akan merasa lebih aman dan nyaman nantinya di tanah rantau, jika misalnya kamu kesulitan dengan likuiditas/cashflow kamu khususnya bagi kamu yang menggantungkan biaya hidup dari beasiswa/transferan dari pihak lain.
Jangan lupa hitungan dana darurat ini disesuaikan dengan biaya hidup di kota/negara tujuan ya bukan di kota saat ini kita tinggal.
Serta yang paling penting tempatkan dana darurat tersebut pada jenis valuta yang berlaku di kota/negara tempat kamu merantau nanti.
Bisa kamu tempatkan dalam bentuk tabungan/deposito di bank, yang sebaiknya bank tersebut adalah bank yang mempunyai cabang di kota/negara tujuan rantau kamu.
Poin 1 dan 2 sudah kita bahas. Ayok para pejuang rantau, sudah dipersiapkan semuanyakah poin 1 dan 2?
Oh ya, jika merantau, pasti saat lebaran atau hari raya ingin kembali ke kampung halaman kan. Jangan lupa nih dipikirkan untuk biayanya ya.
Eits, masih ada 3 poin lagi nih yang mau aku bagikan. Simak pembahasan poin 3 hingga 5 versi Angrumaoshi di blog post selanjutnya ya 🙂👌.
Waah pas banget nih aku baru pindahan lagi, mbak. Belum nemu komunitas yang cocok. Masih fokus ke menata kos baru hehe. Nomor 2 Alhamdulillah udah kekumpul sih. Cuma belum sesuai target. Ayokk ditunggu pembahasan poin 3 sampe 5 nya yaa
BalasHapusAku juga barusan hijrah nih beberapa tahun pindah ke desa suami, jadi ya menyesuaikan lagi dari kehidupan sebelumnya. Di perantauan yang jauh dari Indonesia juga pernah mbak, ke Hongkong hehehe. Menikmati aja sih, insyaAllah nanti ketemu juga ya yang pas. Part 2 nya ditunggu ya Mbak
BalasHapusHidup nomaden gini ada serunya juga tapi memang menantang bgt ya mbak apalagi kalo saving nya ga kuat. Penting juga saling support suami.istri. aku tunggu ya next part nyq
BalasHapussaya juga merantau sejak kuliah. di saat2 awal memang berasa hidup sebatang kara. lambat laun mendapat teman dan berinteraksi dengan lingkungan
BalasHapusSaya merantau sejak tamat sma. Sendiri...
BalasHapusSdh menapakkan kaki ke beberapa kota di Indonesia
Tetep deg degan ketika harus menapaki dunia baru..
Tapi tetap excited...
Hidup merantau!!
Terima aksoh mba..jadi ingat bahwa saya blm tuntas menyiapkan dana darurat nih.. Semangat nabung lagi ah..
BalasHapusPertama kali merantau saat kuliah. Anak udik merantau ke kota, bener-bener pengalaman yang emosional ��
BalasHapusHabis itu balik lagi ke Semarang karena menikah, tentu dengan tantangan yang berbeda.
Setelah menikah dan punya anak merantau ke luar Jawa. Bayanginnya dulu udah takut aja. Alhamdulillah nggak semenakutkan itu.
Soal nyari temen, sebelum pindah Bali juga sudah kontak2 temen ngaji dan temen blogger, jadi sampai sini sudah nggak yang ngerasa sendirian banget gitu.
Setuju nih, apalagi untuk komunitas2, itu emang ngebantu banget buat pendatang dan pengen eksplor daerah itu lebih lagi
BalasHapusIya biar ngga kesepian di tanah rantau harus cari teman..waktu pindah ke Ungaran aku dan teman-teman bikin Ibu-Ibu Doyan Nulis.. hehehe
BalasHapusAku hanya sempat merantau 3 bulan aja kalau ga salah, kerja di Madiun selepas kuliah. Selain masa-masa itu, setia banget nih nungguin kota kelahiran tercinta hehehe....
BalasHapusAku nggak punya pengalaman merantau nih. Kuliah juga lokasinya di kota yang nggak jauh dari rumah ortu, pas kuliah tinggal sama eyang. Habis itu nikah dapatnya orang lokal juga. Jadi ya nggak ngerti deh rasanya merantau.
BalasHapusTapi kalau soal survive hidup tanpa bantuan keluarga tetap ngalamin. Meski ngga merantau, mandiri sudah jadi middle name buat aku dan suami. Dari ngurus baby sendiri sampai urusan lain ya dikerjakan berdua aja.
Mungkin cerita merantau kalian pada jauh jauh, beda dengan saya, merantau pertama itu pas kkn 2018. Walau cuma sebulan itu cukup memberikan saya pengalamn berharga.
BalasHapusHidup di kota orang harus strong, belajar cerdas biar nggak keblubuk kata orang jawa
Pas banget buat aku yg mau merantau (lagi) nih. Hhh
BalasHapusSepakat sama 5 tips di atas, kl merantau bakal nyaman dan damai jika melakukan ke 5 tips di atas :)
Saya pernah merantau tapi cuma 6 bulan. BIsa disebut merantau gak sih, hihihi. Namun tetap saja beradaptasi dengan kebiasaan baru tidak mudah ya mbak.
BalasHapusBener banget Mbak Angrumaoshi, waktu saya merantau ke Jogja saya pun ikut komunitas berbasis asal daerah yang sama yaitu mahasiswa asal Medan. Persiapkan dana darurat itu juga penting banget buat mengantisipasi keadaan yang mendadak tetapi kita masih berada di perantauan yah
BalasHapusIya banget. Mau hidup merantau atau nggak, rasanya punya dana darurat itu seperti kunci kalau sampai ada kebutuhan mendesak sementara jauh dari keluarga.
BalasHapusBener banget nih. Kalo merantau setidaknya harus siap mental yang utamanya
BalasHapusHidup merantau memang ada sisi enak gak enaknya ya kak. Tapi kalo mau enak tentu saja harus berbaur dengan tetangga. Kalo bisa emang belajar bahasa daerah setempat ya kak.
BalasHapusSemangaat terus mbaa.
BalasHapusSaya yg ngga pernah merantau ini jadii berpikir, gimana ya kalau merantau tapi bahasa lokalny beda dengan yg kita pakai sehari2 hihi butuh penyesuaian bangettt pasti
waaah mbak, samaa akupun merantau hihii.. alhamdulillah dari semenjak kuliah sudah merantau, jd sudah berkeluarga sendiri harus merantau juga sdh tahan banting, hehe.. memang banyak seninya ya :)
BalasHapusWah, tipsnya sangat bermanfaat kak. Saya sendiri belum pernah hidup merantau, jadi belum bisa merasakan gimana gregetnya. hehehe... Ini saya akan share ke tmn2 yang merantau ah, siapa tahu bermanfaat.
BalasHapusWah siap nih nyimak artikel berikutnya...
BalasHapusBener banget ya selama di perantauan harus banyak cari teman lewat komunitas dan memang harus hemat-hemat dalam mengendalikan pemasukan dan pengeluaran.