Awal Mula Berwisata Kembali
Sudah beberapa bulan ini sejak Februari 2020, aku dan keluarga berada di rumah saja. Sudah penat rasanya. Ingin rasanya berjalan-jalan berwisata seperti yang sering kami lakukan saat akhir pekan.
Sekarang sudah masuk bulan September 2020, jadi sudah 6 bulan. Waktu yang terasa sangat lama. Kami benar-benar tidak pergi keluar kota bahkan ke mall pun tidak. Anak-anak pun benar-benar di rumah saja. Sekolah juga hanya via daring.
Ayahnya sebenarnya sudah kerap kali mengajak kami untuk berwisata. Wisata yang pada akhirnya hanya berputar-putar saja keliling kota atau ke kota sebelah namun benar-benar tidak turun dari kendaraan. Fiuh apa asyiknya seperti itu. Semangat kami langsung ciut ketika mendapati penuhnya parkiran tempat-tempat wisata tersebut dan banyaknya orang-orang berlalu lalang tanpa masker.
Tetapi akhirnya hari minggu kemarin 6 September 2020, sang ayah kembali mengajak kami keluar rumah. Aku pun sudah pesimis saja, pasti hanya berputar-putar saja menghabiskan bensin tanpa tujuan. Hingga sampai akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 12.00 hari minggu pula, namun ayahnya masih tetap semangat membujuk kami semua untuk keluar rumah (padahal biasanya tidak mau kalau pergi di hari minggu karena besoknya senin sudah harus masuk kantor).
Persiapan mulai dari masker, faceshield anak-anak, hand sanitiser, baju ganti, biskuit dan air minum dimasukkan ke dalam mobil. Entahlah apakah nanti hanya berputar-putar saja dan anak-anak tidur di dalam mobil seperti biasanya atau kali ini kami akan benar-benar berwisata.
Kami sudah berada di dalam mobil dan masih belum menentukan tujuan kami. Ayah ingin memutari kaki Gunung Ungaran melalui sisi sebelah timur. Biasanya ke kaki Gunung Ungaran melalui Bandungan, kali ini mau melewati daerah Limbangan (belum pernah katanya). Kami pun ikut saja. Setelah masuk tol dalam kota semarang dan keluar Krapyak lalu menuju Mijen masuk BSB City lurus saja mengikuti petunjuk menuju Limbangan.
Menemukan tempat yang indah dalam perjalanan
Di tengah-tengah perjalanan, kami melewati lapangan bola dengan latar belakang pemandangan yang indah sekali. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti di lapangan bola tersebut dan turun ke sawah di sebelahnya karena sepi sekali disini. Menikmati pemandangan yang sangat indah sekali. Benar-benar seperti lukisan. Oh iya letak lapangan bola ini persis di sebelah jalan raya di depan SMPN 1 Limbangan.
Kami cukup lama beristirahat disini menikmati. Namun ternyata ayah sudah memiliki tujuan untuk mengunjungi salah satu air terjun di kaki Gunung Ungaran ini. Pilihan air terjun di kaki Gunung Ungaran ternyata banyak sekali. Tetapi akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke air terjun Klenting Kuning.
Menuju Air Terjun Klenting Kuning dan Cerita Legenda Ande-ande Lumut
Kami ingin memberikan pengalaman baru untuk anak-anak bahwa air terjun bisa juga berwarna kuning. Sebelumnya sudah cukup banyak air terjun di Jawa Tengah yang kami kunjungi jadi kami pun penasaran dengan air terjun yang bernama air terjun Klenting Kuning ini yang konon warna airnya kuning.
Aku pun jadi mengingat-ingat kisah Klenting Kuning dan Ande-ande lumut yang dahulu kala pernah diceritakan oleh ibuku bahkan ada lagunya juga.
Kisah cerita tentang seorang pangeran (Ande-ande Lumut) yang mencari seorang istri. Semua anak perempuan berbondong-bondong menuju istana. Di dalam perjalanannya ternyata harus menyebrangi sungai yang besar. Lalu ada seekor kepiting raksasa (Yuyu Kangkang) menawarkan jasanya untuk menyeberangi sungai tersebut dengan imbalan ciuman di pipinya. Semua perempuan akhirnya menyetujui (demi supaya dapat ke seberang dan berpikir bahwa pangeran tidak akan mengetahuinya) kecuali Klenting Kuning.
Klenting Kuning menolak, oleh karena itu ia hampir disantap oleh si Yuyu Kangkang. Namun Klenting Kuning mempunyai senjata ajaib peninggalan ibunya yang digunakan untuk melawan. Nah jadilah hanya klenting kuning saja yang tidak dicium oleh si Yuyu Kangkang dan pangeran mengetahui hal itu. Oleh karena itu sang pangeran memilih Klenting Kuning untuk menjadi pendampingnya. Kisah yang juga aku ceritakan kepada anak-anakku ketika perjalanan menuju lokasi air terjun klenting kuning ini.
Sampai di Air Terjun Klenting Kuning
"Mama, ini sungainya yang harus diseberangi oleh klenting kuning?", akupun mengiyakannya saja walaupun aku tak tahu juga apakah benar ini sungai yang dimaksud, namanya juga legenda. Hehehe.
Anak-anak yang terbiasa pergi ke air terjun yang cukup tinggi seperti air terjun Sekar Langit (Legenda Jaka Tarub) atau pun air terjun Semirang (yang juga masih berada di kaki Gunung Ungaran namun di sisi sebaliknya), yang membutuhkan waktu 1,5 jam berjalan dengan medan yang cukup menantang untuk seusianya, mengatakan kok hanya begini saja air terjunnya. Dia berharap dapat bermain air atau pun berenang.
Kemudahan akses menuju air terjun dan ketinggiannya yang hanya 8 meter menurut dinas pariwisata kabupaten semarang serta juga tersedia mushola, toilet serta beberapa bungalow memang menjadikan air terjun Klenting Kuning ini tidak seperti air terjun-air terjun sebelumnya yang sudah pernah kami kunjungi berada masuk jauh ke dalam hutan.
Jalan menuju air terjun klenting kuning ini sudah dibeton dan dikonblok sehingga sangat memudahkan para pengunjung ketika berjalan kaki menuruni bukit dan hanya membutuhkan waktu 5 menit saja berjalan dari tempat parkir.
Namun anakku kemudian terlihat bersemangat karena dia melihat pohon pinus diatas sana dan bunga terompet disana-sini. Ada juga anakan air terjun klenting kuning yang lebih kecil lagi dan kita bisa berjalan ke atasnya sembari menuju pepohonan pinus.
Wisata kali ini sungguh diluar ekspektasi. Mengingat kami sudah 6 bulan berada di rumah saja, dan dapat menemukan tempat wisata yang tidak begitu banyak pengunjungnya dan dapat menghirup udara segar pegunungan serta sudah cukup menerapkan protokol kesehatan, sungguh membuat hati tenang dan menikmati wisata ini. Kami dapat cuci tangan di toilet dan duduk-duduk di bungalow. Para pengunjung pun sudah sadar memakai masker dan menjaga jarak. Harga Tanda Masuknya pun murah hanya 5000 rupiah per orang dewasa, anak kami gratis dan parkir kendaraan sebesar 5000 rupiah juga.
Kami pun akhirnya melanjutkan perjalanan, walau sudah menjelang sore, kami belum berniat pulang karena masih banyak wisata alam di sekitar sini yang belum kami kunjungi.
Protokol Kesehatan saat Berwisata
Entah mengapa rasa was-was untuk keluar berwisata akhirnya sirna. Sepanjang kami yakin bahwa kami melindungi diri sendiri dengan protokol kesehatan yang ketat dan melihat sekeliling para pengunjungnya juga sadar akan hal yang sama serta adanya tempat cuci tangan yang mudah ditemui, maka berwisata di era adaptasi kebiasaan baru ini sepertinya akan menjadi keseharian kami di akhir pekan mendatang. Semoga.
Namun sepertinya masih tetap akan kami batasi pada tempat wisata yang tidak ramai pengunjungnya serta wisata alam tentunya.
Era adaptasi kebiasaan baru (new normal) ini bukan berarti sudah bisa leluasa di luar apalagi kami keluarga yang masih mempunyai anak kecil, menjaga kesehatan dengan asupan nutrisi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup menjadi sangat penting.
Tips bagi keluarga yang mempunyai anak kecil
Mengedukasi anak-anak untuk mengurangi atau tidak menyentuh benda-benda yang ada di tempat umum itu juga penting sekali, walau susah ya untuk anak-anak yang cenderung ingin tahu dan memegang segala. Oleh karena itu hand sanitiser harus selalu siap sedia di kantong untuk digunakan oleh anak-anak jika tidak ada tempat cuci tangan. Untungnya di wisata alam tidak banyak benda yang bisa dipegang ya, hanya tanaman saja.
Jangan lupa juga untuk mengingatkan anak-anak agar selalu menggunakan face shield. Atau jika maskernya turun, harus selalu diperhatikan dengan seksama. Masker harus menutupi hidung dan mulut itu wajib.
Ribet ya? Menurutku tidak, ini hanya masalah kebiasaan baru saja. Kalau dulu setiap keluar rumah itu jangan sampai ketinggalan hp dan dompet sekarang jangan sampai lupa masker dan hand sanitiser.
Selamat datang di era kebiasaan baru (new normal). Jangan lupa, bisa karena biasa loh, kamu pun pasti bisa, hanya perlu dibiasakan saja. Kalau semua pengunjung sadar protokol kesehatan, tidak berkerumun, menjaga jarak, memakai masker, rajin cuci tangan, tidak memaksakan masuk jika tempat tersebut sudah ramai (masih banyak sekali tempat wisata yang kurang pengunjung), yakin deh kita semua bisa kok berwisata dengan merasa aman dan nyaman.
Penasaran dengan wisata kami di era adaptasi kebiasaan baru selanjutnya? Simak artikel selanjutnya ya, masih di seputar kabupaten semarang.
Wisata di Bantir Hills saat Pandemi
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog Wisata Kabupaten Semarang di Era Adaptasi Kebiasaan Baru.
sangat seru ya jadi pengen wisata ke air terjun klenting kuning
BalasHapusIya dicoba mba kesana
HapusSeru banget main air di air terjun klenting kuning emang. Aku udah pernah kesana, tempatnya luas dan pengunjungnya tidak terlalu banyak jadi pas banget dikunjungi saat adaptasi kebiasaan baru. Aku tunggu cerita jalan-jalan berikutnya mbak
BalasHapusSepulang dari sana aku langsung ke Bantir Hills, padahal berangkat dari semarang jam 12 siang. Musti jalan 700m pula. Hihihi.
HapusWow, nih Deket rumahku lonmbak. Mampirrrr... Berkali2 aku ke sana loh. Mulai dari awal dulu hingga jadi beda kayak sekarang. Aura aroma pinusnya ngangenin
BalasHapusIya banyak yang dibangun ya. Ada musholla, jalannya juga dibeton dan lain-lain.
HapusMemang harus kesadaran dari diri kita sendiri ya untuk menjaga keamanan dan kesehatan tubuh. Terutama edukasi pada anak nih, apa aja yang harus dilakukan ketika jalan-jalan.
BalasHapusBetul mba, edukasi ke anak ini yang penting banget supaya tetap merasa nyaman dan aman walau berada di alam.
HapusMasyaallah .... Itu pemandangan di belakang sekolah cantik bangrt mbak. Betah deh yg sekolah di situ. Pangkalan mau juga ah ke air terjun ini. Ga rame juga ya kayanya
BalasHapusIya mba aku berhenti disini ada sepertinya 1 jam untuk menikmati dan memanjakan mata ini.
HapusAku masih belum wisata nih sejak pandemi, tapi kayaknya destinasi wisata alam terbuka lebih gpp ya dari pada tertutup
BalasHapusIya mba kalau di tempat tertutup apalagi bawa anak-anak, setiap anak2 menyentuh sesuatu langsung pakai handsanitiser. Aku berani wisata alam karena relatif jarang yang disentuh hanya tanaman saja.
HapusAirnya benar2 kuning kah mba? Atau disebut begitu karena dinding air terjun yg kuning? Eh jd penasaran deh dg Si Kleting Kuning yg ini hehe..
BalasHapusKalau berdasarkan googling karena mengandung belerang mba disebutkannya.
HapusBaru tahu lho kalau ada air terjun klenting kuning di wilayah semarang... Hmm kapan2 bisa nih dolan kesana mbaaa. Makasih infonya yaaa
BalasHapusSama-sama mba. Wisata kami selama ini dari air terjun yang satu ke air terjun yang lain. Di wilayah gunung ungaran ada lebih dari 5 air terjun mba.
HapusItu dekat dengan air terjun tujuh bidadari ya mbak? Aku belum pernah ke air terjun klenting kuning. Kapan-kapan mau deh kesana, yang penting pakai masker yaa
BalasHapusAku malah belum pernah tapi iya dekat. Di Gunung Ungaran ini banyak sekali air terjun.
HapusAku belum pernah ke sini malah say padahal tidak terlalu jauh dari rumah..enak kalau ke air terjun biasanya pemandangannya indah ya menuju ke sana, cuci mata banget..
BalasHapusDi pintu masuknya juga sudah indah pemandangannya mba.
HapusDinamakan klenteng kuning mungkin karena batunya jadi kuning gitu ya mba? Pengaruh airnya mengandung kapur atau tumbuhan lumut mba? Seru nih jalan-jalannya
BalasHapusKlenting kuning karena berwarna kuning di airnya ada unsur belerangnya. Tapi bukan berarti airnya anget yaaa. Hehehe.
HapusAku baru tahu kalau ada air terjun Klething Kuning di Kabupaten Semarang...bisa jadi alternatif wisata nih dna tetap patuhi protokol kesehatan
BalasHapusMasker harus tetap selalu ON walau di wisata alam sekalipun. Karena kita pasti akan berpapasan dengan orang.
Hapusoalah ande-ande lumut ternyata dimulai dari semarang ya, ini saya baru tahu dari tulisan ini
BalasHapusOhhh jadi itu air terjun klenting kuning.. Itu kuning2 atau oranye asalnya dari mana ya?? Sepertinya kayak residu belerang gitu ya???
BalasHapusMakin banyak ya wisata di Semarang , aku belum ke wisata air di Semarang jadi kangen pengen jalan-jalan ke Semarang nih.
BalasHapusWisata di Lampung pun ramai. Terakhir aku ke Mutun (wisata laut di Lampung), parkiran juga penuh. Ramai. Mungkin sama dg di Semarang ya 😊
BalasHapusSeger banget nih liat liat yang hijau-hijau. jadi pengen liburan juga haha bagus ya mba sebagian liat jalannya kaya di bali indah.
BalasHapusHarus dicontoh ni, selama masa pandemi kemanapun bepergian tetap harus menerapkan protokol kesehatan. Apalagi selama bawa anak-anak, biar selalu aman
BalasHapusAkses jalannya sudah bagus banget ya, mba. Mohon info mba, kalau kita mau bawa sepeda atau anak-anak pakai stroller kira-kira bisa ga ya??
BalasHapusHuaaa...jdi makin kangen semarang, dlu klo kemah seringnya disini dan pasti ada cerita horornya..hehhehe
BalasHapusWah, jalan jalan sekaligus memgingat cerita ini judulnya
BalasHapusPaling senang kalau tempat wisatanya sudah diperhatikan dan bisa diakses dengan mudah. Liburan bersama keluarga jadi lebih menyenangkan
BalasHapusAsik banget nih tempatnya. Air terjunnya juga ada ya. Paling fresh sih ngeliat yang hijau-hijau gini.
BalasHapusPasti refresh banget mba jalan² kesana. Aku kalau berwisata sebisa mungkin menghindari dari kerumunan orang banyak sih kalo bisa
BalasHapusYa ampun klenting kuning itu cerita rakyat waktu saya masih kecil sekali.
BalasHapusSaya baru tau ternyata ada air terjunnya juga di Semarang.
Wish list nih. Makasih infonya mbak.
Di sana ga terlalu banyak pengunjung ya mbak? Dan di alam terbuka lumayan aman dari risiko penularan virus.
BalasHapusPemandangannya bagus banget apalagi lihat hamparan hijau gini mbak. Btw aku pernah dengar cerita ande-ande lumut masih kecil mbak.
BalasHapusSudah lama nggak pernah ke air terjun, baca ini jadi pengin explore lagi wisata alam
BalasHapusAsiik banget, sudah lama banget gak wisata dan memang butuh sekali angin segar. Melihat postinganmu aku jd kangen banget berwisata
BalasHapusSenangnya berwisata. Tambahan kalau mau ke mana-mana, termasuk berwisata itu adalah protokol kesehatan ya, jangan sampai terabaikan.
BalasHapusduhhhh adem seger banget gitu yaa mba, dan ternyata ini ada cerita legenda ande-ande lumut juga ya emang story telling tuh menarik banget ya di setiap tempat wisata.
BalasHapuspas nonton video nya sumpahhh jadi pengen jalan-jalan dan main air lagi!
aku belum pernah ke Semarang nih, baca review kamu jadi makin pengen ke sana euy. Indah sekali
BalasHapusBaru tahu kalau legenda ande-ande lumut ternyata berasal dari tempat ini. Sudah lama gak ke Semarang. Mudah2kan suatu saat bisa ke sana.
BalasHapus